#PendidikanEkonomi: Mau Main Saham? Ini 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu

 Mau Main Saham? Ini 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu

Vadhia Lidyana - detikFinance

Ilustrasi Investasi Saham/Jeffrymsp


Jakarta - Investasi saham sedang tren, terutama di kalangan muda yang aktif di media sosial. Ramainya rekomendasi saham dari sejumlah pegiat atau influencer di media sosial ternyata meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi saham.

Di sisi lain, untuk memulai berinvestasi saham juga semakin mudah dengan adanya layanan online. Mulai dari membuka rekening dana nasabah (RDN) atau juga biasa disebut rekening dana investor (RDI) bisa dilakukan secara daring.

Namun, sebelum memulai berinvestasi saham, ada 5 hal yang harus dicatat oleh detikers, sebagai berikut:


1. Memiliki Pengetahuan Tentang Saham

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, poin terpenting sebelum berinvestasi saham adalah memiliki pengetahuan tentang saham. Detikers yang nantinya akan menjadi investor harus mengetahui bahwa membeli saham artinya membeli beberapa bagian dari sebuah perusahaan.

"Sekarang kita membeli saham itu kita harus memahami kita membeli perusahaan. Jadi bukan saham saja. Dan saham itu bukan angka-angka saja, bukan harga-harga, tetapi perusahaan," kata Hans kepada detikcom, Sabtu (16/1/2021).

Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama MNC Sekuritas Susy Meilina juga mengatakan hal serupa.

"Yang paling pertama harus dilakukan jika ingin mulai berinvestasi saham adalah investasi ilmu. Belajar dahulu pengetahuan dasar tentang pasar modal melalui kelas edukasi seperti Sekolah Pasar Modal (SPM) yang juga sering MNC Sekuritas selenggarakan secara gratis dan online," kata Susy.


2. Siapkan Dana

Kemudian, untuk memulai berinvestasi saham seorang calon investor harus menyiapkan dana. Hans Kwee menegaskan, dana yang digunakan untuk berinvestasi sebaiknya adalah dana yang memang tak dibutuhkan untuk kebutuhan yang penting.

"Sebaiknya investasi itu memakai dana lebih. Jadi dana yang benar-benar tidak untuk dipakai untuk hal-hal yang lain dan tidak dibutuhkan dalam waktu dekat. Kalau uangnya dibutuhkan untuk berobat, beli rumah, atau pernikahan, atau sesuatu yang mendesak jangan digunakan untuk investasi," kata Hans.

Dihubungi secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, idealnya dana yang disiapkan untuk investasi ialah sebesar 20-25% dari penghasilan bulanannya.

"Jadi nilailah investasi (saham) sesuai dengan nilai kantong. Jangan dipaksakan. Tapi pastikan yang namanya investasi, setting di 20-25% dari sumber pendapatan," ujar Nico.


3. Tetapkan Tujuan Berinvestasi

Detikers juga harus menetapkan tujuan berinvestasi sebelum membeli sebuah saham. Apakah tujuan investasinya untuk jangka panjang, atau jangka pendek. Namun, menurut Hans, tujuan terbaik adalah untuk investasi jangka panjang, ketimbang jangka pendek atau trading.

"Kemudian, kita investasi dan lakukan dalam periode yg panjang. Artinya kita memegang saham tersebut, ditahan dalam periode yang panjang. Trading itu berbeda dengan investasi. Sebenarnya kita lebih mendorong orang untuk investasi di jangka panjang untuk menghindari kerugian-kerugian di jangka pendek. Kalau jangka pendek, itu orang trading. Dan trading pendekatannya berbeda lagi dengan yang saya jabarkan tadi. Tetapi trading itu banyak orang menderita kerugian karena melibatkan aspek psikologi," paparnya.

Tak jauh berbeda, Nico juga mengatakan investasi jangka pendek atau trading harus dipisahkan.

"Tentukan invest jangka panjang atau pendek. kalau jangka pendek berarti buat trading. Kalau untuk jangka panjang berarti untuk investasi. Kenapa mesti dipisahkan? Karena sahamnya berbeda, saham yang untuk trading, saham yang untuk jangka panjang. Kalau jangka panjang berarti kita lihat market capital-nya besar, market share-nya besar. Bisnisnya jelas, fundamentalnya kuat," ujar Nico.


4. Pilih Saham yang Akan Dibeli

Langkah ini sangatlah krusial sebelum berinvestasi saham. Hans Kwee menyarankan, sebaiknya masyarakat mengenali lebih dahulu sebuah saham dan perusahaannya itu sebelum membelinya. Mulai dari kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bisa diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).


"Kita juga harus mengetahui bisnis perusahaan itu, apa yg dia jual, bagaimana kondisi perusahaan tersebut reputasi manajemen. Lalu aspek terakhir, bagaimana prospek perusahaan itu di masa yang akan datang?" imbuh dia.

Sementara itu, Nico mengatakan bagi pemula yang belum memahami cara membaca laporan keuangan bisa juga membeli saham dari perusahaan-perusahaan yang dikenalnya.

"Nggak usah susah-susah. Kan teman-teman tahu bank BCA, BNI, BRI, Mandiri. Kalau infrastruktur ada Jasa Marga,Telkom, XL, kan gitu. Komoditas itu ada Antam, Bukit Asam, dan sebagainya. Ini kan sesuatu yang teman-teman bisa lihat," ungkap Nico.

Namun, apabila mau membuka laporan keuangan sebuah perusahaan juga bisa dilakukan dengan melihat instrumen paling dasar dalam mengukur kinerja perusahaan.

"Dalam setiap laporan keuangan punya 16 rasio, 12 rasio di antaranya itu yang paling penting. Teman-teman harus baca rasio solvabilitas, debt to equity rasio (DER), ini salah satu yang dasar sekali. DER ini aset dibagi utang. Kalau rasionya tinggi, berarti perusahaannya banyak utang dong. Nah berarti kita mesti cari perusahaan-perusahaan yang rasio DER-nya rendah. Nah hal-hal yang sederhana seperti ini, ini yang bisa mendorong orang awam untuk mengenal laporan keuangan tanpa harus melihat secara keseluruhan," urai Nico.


5. Pahami Risiko Berinvestasi Saham

Nico mengatakan, apabila semua langkah di atas sudah dilakukan, maka calon investor harus yakin untuk membeli saham. Namun, calon investor tersebut juga harus menerima risiko apapun yang akan dihadapinya di masa mendatang, baik untung atau ruginya.

"Siap menang, siap kalah. Saham itu bukan judi. Judi itu ketika kamu, masang angka 1-6, dadu dikocok. Pasti kamu tidak tahu berapa angka yang keluar. Semua punya probabilitas yang sama. Tapi saham nggak begitu, saham itu menghitung, mengkalkulasi. Ada laporan keuangan, analisis teknikal. Dan semua yang diukur serta diperhitungkan tidak bisa dikatakan judi," tutup Nico.

0/Post a Comment/Comments

Terimakasih Kunjungan di Jeffry MSP Web Blog. Kami Harap, Anda Berkomentar Sopan. Terimakasih. Thank you for visiting Jeffry MSP Web Blog. We Hope you comment politely. Thanks.

Lebih baru Lebih lama
Ads1
Ads2